Karena Indonesia Miniatur Dunia

TropikaEnergi.Com—Negeri ini tidak hanya unggul di ruang darat dan laut, tapi juga ruang udara dan antariksa, bahkan kebudayaannya. Segala k...

TropikaEnergi.Com—Negeri ini tidak hanya unggul di ruang darat dan laut, tapi juga ruang udara dan antariksa, bahkan kebudayaannya. Segala keunggulan itu sudah tersedia sejak dahulu kala. Tambah lagi dengan keunggulan jumlah penduduk usia produktifnya, andai berkualitas.

Kembali pada angin, air dan surya

Energi Baru Terbarukan (Angin, Air, Surya)
Energi Baru Terbarukan (Angin, Air, Surya)
Daratan Indonesia terhampar 17.500  pulau, meskipun diantaranya masih ada 4034 pulau yang belum bernama dan berkoordinat. Dan ini yang menyebabkan pemerintah Indonesia melaporkan jumlah pulau ke PBB secara resmi hanya 13.466 pulau. Dengan laporan yang ini saja sudah menempatkan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Pulau-pulau itu telah terbentuk dan berinteraksi alamiah sejak abad sebelum masehi. Fenomena geofisika dan proses kimiawi terbetuknya pulau-pulau itu menjadikan Indonesia salah satu wilayah geologi paling dinamis di dunia.

Semua pulau besarnya juga masuk dalam katagori 15 Pulau Terbesar di dunia.  Papua adalah terbesar kedua di dunia, seluas sekitar 890.000 km² bila digabungkan dengan Nugini. Kalimantan di peringkat terbesar ketiga di dunia, sekitar 743.330 km², sudah mencakup Sabah, Serawak dan Brunai Darussalam. Sumatera terbesar keenam seluas sekitar 470.000 km². Sulawesi terbesar ke-11, sekitar 174.600 km². Jawa pun terbesar ke-13 di dunia. Dengan luas sekitar 128.297 km², Jawa juga merupakan pulau terpadat di dunia. Penduduknya sekitar 141 juta jiwa atau sekitar 60% dari jumlah total penduduk Indonesia.

Pada ruang laut, luasnya mencapai 6.315.222 km² atau sekitar 1.75 % dari 361 juta km² luas laut dunia. Proporsi luas tersebut sebesar 70 % dari keseluruhan luas wilayah Indonesia. Proporsi ini mirip dengan proporsi luas laut dunia, sama-sama terdiri dari 70 % lautan. Uniknya, proporsi ini juga mencerminkan tubuh manusia yang terdiri dari 70% air. Panjang garis pantai Indonesia mencapai 99.093 km² atau mencapai 25% dari panjang pantai di dunia. Ini memecah rekor terpanjang nomor dua di dunia setelah Kanada.

Secara geografis, terletak di antara dua samudera, Pasifik dan Hindia, posisi Indonesia menjadi titik temu perlintasan komersil dan hubungan internasional. Letak geografis suatu negara begitu sentral dalam menentukan masa depannya. Letak tersebut ikut menentukan berbagai peristiwa penting dan berpengaruh secara global. Bisa dibayang: di antara tujuh jalur perhubungan laut dunia (sea lanes of communication), empat di antaranya berada di wilayah kedaulatan Indonesia.

Pertama, Selat Malaka, merupakan jalur terpadat setelah Selat Hormuz dalam perdagangan dan alur minyak dunia. Jalur strategis Selat Malaka mengalahkan pamor Terusan Suez di Mesir, Terusan Panama, Selat Bosporus di Turki, Selat Bab al-Mandab di Afrika dan Selat Denmark yang terletak di antara Laut Arktik dan Samudra Atlantik. Pada abad 21, saat perdagangan dunia telah bergeser dari Eropa dan Amerika ke wilayah Pasifik, Selat Malaka menjadi pintu masuk tunggal sekaligus jalan laut tersingkat atau tercepat di antara Samudra Pasifik dan bagian utara Samudra Hindia. Di era perdagangan Trans-Pasifik abad itu, Selat Malaka mengambil peran vital dalam menghubungkan tiga negara yang populasi penduduknya terbesar di dunia: Tiongkok, India dan Amerika Serikat.

Kedua, jalur Selat Sunda dan Selat Karimata ke arah utara yang menghubungkan Laut Cina Selatan menuju Samudera Hindia. Berada pada Alur Laut Kepulauan (ALKI) I, Selat Sunda menghubungkan Laut Cina Selatan, Laut Natuna, Selat Karimata, Laut Jawa, Afrika, Australia bagian Barat, Jepang dan sebaliknya. Selat Karimata juga mengambil peran penting dalam lalu lintas pelayaran kapal dari Asia, Timur Tengah, Asia Timur hingga ke wilayah Australia.      

Ketiga, jalur Selat Lombok yang menghubungkan Laut Jawa dengan Samudra Hindia. Selat ini juga terkenal sebagai salah satu lintasan utama arus pertukaran air laut (throughflow) di antara Samudra Hindia dan Pasifik. Selat inilah yang menandai batas zoogeological Asia atau batas flora dan fauna Asia di sebelah barat atau dimulainya garis imajiner atau Garis Wallace daerah zoogeological Australia di sebelah timur yang terbentang dari pulau Lombok. Ini berarti, terhitung dari Selat Lombok, flora dan fauna di benua Asia lebih menunjukan kemiripannya dengan flora dan fauna yang dijumpai pada benua Australia.

Keempat, jalur Selat Makasar yang menghubung Laut Sulawesi dengan Laut Jawa di bagian selatan. Jalur ini juga merupakan lintasan dari Samudra Pasifik Barat di bagian utara ke Samudra Hindia di bagian selatan. Laut Sulawesi merupakan laut terdalam ke-5 di Indonesia setelah Laut Arafuru, Laut Flores, Laut Sawu dan Laut Timor.

Kontur letak geografis Indonesia semakin unggul manakala didukung oleh aspek astronomis-nya. Indonesia tepat berada pada garis ekuator atau khatulistiwa. Inilah garis yang membelah bumi menjadi dua bagian besar di Utara dan Selatan hingga menciptakan secara alamiah keunggulan geoekologi.

Negara-negara yang dilintasi garis khatulistiwa pada umumnya kaya dengan sumber daya agro-tropis dan energi mineral. Seperti Maladewa di Asia; Brazil, Ekuador dan Kolombia di Amerika Latin; serta negara-negara di wilayah Afrika, terdiri dari Gabon, Uganda, Kongo, Kenya dan Somalia. Maka tak mengherankan Panglima TNI menyatakan bahwa perang dunia ketiga tak lain perang perebutan sumber daya air dan energi di negeri Khatulistiwa. Sekelas Panglima angkatan tempur tentu tidak asal ucap, tanpa data intelijen yang kuat. Dan  memang negeri-negeri tersebut memang merupakan lumbung dan rentan terhadap konflik.

Tapi pembeda Indonesia dengan negara-negara itu bukan saja letak geografisnya yang strategis di antara benua Asia dan Australia serta samudera Pasifik dan Hindia,  tapi juga letak astronomisnya tepat pada garis khatulistiwa paling tengah di antara dua kutub rotasi planet di utara dan selatan tersebut. Dengan posisi ini, wilayah Indonesia mendapat limpahan sinar matahari paling kontans dan merata sepanjang tahun dibanding bagian dari bumi lainnya. Jargon “jawaranya tropis dunia” pun nyaring melekat dalam jati diri Indonesia.

Dengan limpahan sinar matahari paling konstans itu, sudah pasti menjadi sumber energi masa depan sekaligus sumber nutrisi gratis untuk kelangsungan hidup seisi daratan dan lautan Indonesia. Kontur perairan Indonesia secara alami membentuk perairan laut hangat (warm water sea) hingga menjadi musim telur atau ternak alamiah paling intensif. Dan bisa dibayang ketika ikan-ikan dan aneka biota laut lainnya pada wilayah negeri tetangga yang berada di arus Samudera Pasifik dan Hindia mengalami musim ekstrim. Migrasi perikanan besar-besaran untuk numpang bertelur ke wilayah laut Indonesa tak terhindarkan.

Sumber daya maritim ini pun belum dihitung dari kekayaan nir hayati dan plasma nutfah;  aneka bahan mineral dan pertambangan yang dikandung pada pesisir dan lepas pantai, serta energi gelombang lautnya itu sendiri. Termasuk, jasa lingkungan berupa pariwisata dan iklim global.

Memiliki dua musim, kemarau dan hujan sepanjang tahun, curah hujan di Indonesia cukup tinggi dan merata di semua wilayah hingga tanahnya subur. Itulah kenapa keanekaragaman hayati dan nir-hayati Indonesia begitu kaya. Baik di darat maupun di laut, berupa flora, fauna maupun jasad renik. Atas kekayaan ini Indonesia kerap dijuluki “negeri megabiodiversitas”. Termasuk sebagai “paru-paru dunia” lantaran kaya dengan hutan tropis sebagai sumber O2.

Pada daratan Indonesia saja yang luasnya mencapai 1,3 persen dari daratan dunia diperkirakan mengandung lebih dari 17 persen dari total jumlah jenis species terrestrial di dunia. Debit air sungai dan laut yang berlimpah, kesuburan tanahnya dan keanekaragaman hayati, nir-hayati dan jasad renik yang tersimpan di darat dan laut itu bukan hanya sebagai sumber pangan dan energi terbarukan, tapi juga sumber kehidupan keseluruhan.

Memang, tidak semua letak Indonesia menguntungkan sebagaimana tecermin pada letak geologisnya yang sebagian besar wilayahnya rawan bencana. Letak geologis Indonesia berada di antara tiga lempeng utama di dunia, yaitu Lempeng Indo-Autralia, Eurasia dan Pasifik. Selain itu, pegunungan Indonesia juga merupakan bagian dari dua rangkaian pegunungan muda dunia, yaitu bagian dari rangkaian pegunungan Sirkum Mediterania untuk pegunungan bagian barat Indonesia dan bagian dari pegunungan Sirkum Pasifik untuk pegunungan Indonesia bagian timur. Pulau-pulau Indonesia juga dijejali oleh gunung api, lebih dari 400 gunung. Ini memecah rekor sebagai gunung berapi terbanyak di dunia, dan sekitar 120-an di antaranya masih aktif.

Akibatnya, sebagian besar wilayah Indonesia sering mengalami gempa bumi tektonik dan vulkanik akibat tumbukan antar lempeng. Meski demikian, saking kayanya, di balik musibah alam pun bumi Indonesia diberkahi dengan sumber daya mineral dan pertambangan yang melimpah hingga membentuk pameo tongkat kayu dan batu kalau dilempar ke bumi Indonesia bisa jadi tanaman. Berkah ini justeru terlimpah berkat dinamisnya kondisi tektonik-geologis tersebut. Ini juga didukung oleh letak astronomi Indonesia pada garis khatulistiwa yang merupakan mesin alami pelapukan beragam bebatuan dan fosil secara lebih cepat.  Di balik barisan gunung berapi di pulau-pulau Indonesia misalnya, termasuk gunung berapi aktif di bawah laut, merupakan sumber energi panas bumi (geothermal) yang luar biasa kayanya.

Indonesia merupakan salah satu produsen terbesar timah, batu bara, emas, tembaga dan nikel. Nyaris segala jenis bahan baku energi dan pertambangan yang ada di perut bumi dan laut di dunia, ada di Indonesia. Bahkan di sejumlah komoditas pertambangan tersebut, Indonesia menyimpan kekayaan akan logam tanah jarang. Baik produk logam itu sendiri maupun mineral ikutan dari berbagai komoditas pertambangan berupa mineral tanah jarang (rare earth). Mineral tanah jarang ini layak disebut harta karun. Unsur mineral ikutan yang merupakan limbah mineral itu keberadaannya langka, jarang dimiliki oleh negara-negara produsen pertambangan.

Mineral tanah jarang merupakan bahan baku aneka teknologi tingkat tinggi. Praktis harganya mahal. Di antara kegunaannya adalah untuk reaktor nuklir; perangkat pemandu (rod control) rudal nulir; perangkat komputer termasuk memori-nya; teknologi laser dan berbagai alat deteksi; berbagai teknologi digital dan komponen berbagai elektronik berwarna; otomotif berteknologi tinggi seperti mobil hybrid; komponen alat utama sistem persenjataan (alutsista); komponen aeronitika dan sebagainya.  

Beberapa mineral tanah jarang yang banyak ditemukan di Indonesia antara lain pada komoditas bijih timah yang memiliki mineral ikutan Monazite, Xenotime, Zircon dan Ilmenite. Komoditas bijih tembaga, pasir besi dan bijih emas juga memiliki mineral harta karun itu. Satu unsur yang dikandung pada mineral tanah jarang itu juga mengandung unsur lainnya. Pada monazite misalnya, mengandung thorium yang cukup tinggi, uranium, zircon dan sebagainya. Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) 2014 memperkirakan, potensi uranium di Indonesia mencapai 70.000 ton U3O8 dan thorium mencapai 125.000 ton Th.

Dapatkah dibayang jika keunggulan komparatif di atas mampu dikonsolidasikan? Keunggulan komparatif di ruang laut dan kedalaman lautnya sangat berpotensi menjadikan Indonesia sebagai negara maritim terbesar dan terkuat. Tentu dengan merevitalisasi segala aspek strategis perlintasan komersial lintas samudera Pasifik-Hindia yang di masa lalu perlintasan itu dimotori oleh para pelaut Nusantara saat mendorong globalisasi.

Dengan merevitalisasi segala aspek strategis perlintasan atau jalur pelayaran global itu, pada waktunya Indonesia menjadi pengendali perdagangan global di tengah kecenderungan sejumlah negara maju menerapkan strategi hambatan non-tarif untuk melindungi harga dan pasokan aneka kebutuhan domestiknya masing-masing. Sudah barang tentu potensi ini juga dapat digapai manakala Indonesia menguasai sumber daya alamnya berbasis kualitas SDM, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kelestarian ekologis dan ekosistemnya, dengan menitik berat pada transformasi industri berbasis nilai tambah. Ini membuat ekonomi di Indonesia berkelanjutan sekaligus bernilai tinggi.

Itulah kenapa bila industri maritim dan industri yang bernilai tambah itu diperioritaskan, kekuatan Indonesia akan dahsyat. Baik portofolio bursa atas komoditas industri maupun perdagangan riil-nya dikendalikan penuh oleh Indonesia. Itulah juga kenapa batas teritorial darat, laut dan kedalaman lautnya mesti tuntas sejalan dengan tuntasnya identifikasi data dan riset ilmiah keanegaragaman aneka sektor unggulan yang masih mengendap itu.

Keunggulan komparatif Indonesia tak hanya terhenti di darat dan laut. Unikum faktor geografi, topografi dan orografi, geofisika, struktur kepulauan, orientasi pulau, serta aneka faktor lingkungan di sekitar Indonesia pada gilirannya turut menciptakan keunggulan ruang udaranya. Unikum tersebut membentuk sistem dan interaksi peredaran udara yang khas hingga secara alami membentuk sistem cuaca yang lengkap dengan berbagai skala; dari skala terbesar sampai skala terkecil. Iklim tropis yang membentuk musim panas dan hujan sepanjang tahun secara merata menjadi siklus penyeimbang cuaca ekstrim.

Sejumlah negara anggota World Meteorogical Organization (WMO) mengakui bahwa sistem cuaca Indonesia dapat mencerminkan sebagai pusat kejadian di dunia karena keunikannya tersebut. Maka tak mengherankan selama dua periode berturut-turut, 2010-2014 dan 2014-2018, negara anggota WMO memilih Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebagai Presiden WMO Regional Association V. Regional ini meliputi wilayah Asia dan Pasifik Daya. Kurang lebih ada 22 negara yang dipimpin BMKG dalam Regional V itu. Yaitu: Australia, Brunei Darussalam, Kepulauan Cook, Fiji, French Polynesia, Kiribati, Malaysia, Micronesia, Kaledonia Baru, Selandia Baru, Niue, Papua New Guinea, Filipina, Samoa, Singapura, Kepulauan Solomon, Timor-Leste, Tonga, Inggris, Amerika Serikat, dan Vanuatu.

Keunggulan ruang udara Indonesia juga tecermin dari kedaulatan ruang udaranya sebagai salah satu wilayah penerbangan terluas di dunia. Predikat ini diraih berkat konvensi hukum laut internasional atau United Nations Convention on the Law of the Sea  (UNCLOS) 1982. Rejim hukum laut internasional itu di satu sisi memberikan kedaulatan kepada negara kepulauan dan negara pantai atas wilayah lautnya, namun sisi lain memberikan pula hak lintas damai terhadap kapal asing.

Keberhasilan UNCLOS 1982 mendefinisikan hukum laut dan laut wilayah secara otomatis berdampak terhadap hukum udara internasional. Dampaknya, kedaulatan udara di atas laut wilayah suatu negara mengikuti kedaulatan laut di bawahnya. Wilayah kedaulatan udara Indonesia sebelum UNCLOS 1982 hanya sekitar 1.905.000 km atau sebatas luas daratannya saja. Tapi pasca UNCLOS 1982 bertambah tiga kali lipat menjadi 5.193.252 km. Sampai 2015 mencapai sekitar 6 juta km. Wajar kalau wilayah udara Indonesia merupakan salahsatu jalur penerbangan terpadat di dunia.

Berkah letak astronomis Indonesia pada garis khatulistiwa paling tengah di dunia juga telah menempatkan negeri ini unggul di ruang antariksa. Dalam sejumlah persidangan dan perjanjian internasional United Nations Committee on the Peaceful Uses of Outer Space (UNCOPUOS) terungkap, perputaran darat pada garis ekuator Indonesia adalah yang tercepat dibandingkan bagian lainnya dari bumi. Kecepatan ini menempatkan Equatorial Low Earth Orbits (ELEO) Indonesia sebagai titik kordinat dengan penempatan satelit terpadat karena memberikan kualitas gelombang radio terbaik; transmisi satelit yang memberikan bandwith tertinggi; mampu mencegah kerusakan komponen elektronik di antariksa akibat intensitas radiasi dan akumulasi perubahannya; serta rendahnya senggang waktu siar atau latency (communication time leg).

Bangsa Indonesia sebetulnya patut mengapresiasi data-data persidangan UNCOPUOS yang dihimpun oleh diplomat RI, Taufik Rigo, saat bertugas di KBRI di Wina 2004-2009 sebagai special staff, merangkap Sekretaris Delegasi Indonesia yang memastikan kesepahaman dan kesepakatan dalam Perjanjian Multilateral pada isu-isu besar, antara lain di lingkup UNCOPUOS, nuklir (IAEA), industri (UNIDO) serta migas (OPEC dan OPEC Fund).

Dengan keunggulan komparatif tersebut, tentu Indonesia berpotensi menjadi pemain utama dalam mengendalikan catur teknologi tingkat tinggi serta keselamatan dan keamanan dunia untuk tujuan damai dalam dinamika kedirgantaraan. Baik terlingkup dalam meteorologi dan klimatologi; aeronautika dan astronotika, termasuk di dalamnya setelit dan roket pengorbitnya; serta berbagai isu energi elektromagnetik, termasuk di dalamnya sistem transmisi data global. Potensi ini dapat dioptimalkan melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kegigihan Indonesia mempertegas batas-batas terluar kedaulatan ruang udara dan antariksa-nya untuk tujuan tertentu (delimitasi). Termasuk, upaya serius dalam denuklirisasi antariksa yang sampahnya membahayakan kehidupan global.

Citra Indonesia sebagai negeri “miniatur dunia” semakin mengemuka ketika semua kekayaan alam sebagaimana di atas bersinggungan dengan aspek keragaman budayanya (cultural diversity). Hasil sensus Badan Pusat Statistik (BPS) 2010 mencatat: Indonesia terdiri dari 1.128 suku bangsa. Jumlah ini tidak hanya menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara terbanyak suku bangsanya, tapi juga suku bangsa paling dinamis. Sebab, keragamannya terbentuk sebagai akibat dari perbedaan multi-faktor. Bukan hanya perbedaan ras asal dan agama, tapi juga perbedaan geografis, latar belakang sejarah, perkembangan kewilayahan dan kemampuan adaptasi.

Tiap perbedaan tersebut saling berinteraksi dengan perbedaan lainnya hingga membentuk corak kehidupan yang khas. Dengan perbedaan geografis misalnya, wilayah domisili masyarakat Indonesia membentuk tipe kehidupan yang amat beragam. Baik di pesisir laut, sungai, pegunungan, lembah dan hutan, daratan rendah, pedesaan maupun perkotaan.

Perbedaan geografis ini juga erat bersinggungan dengan perbedaan agama dan sejarahnya yang sudah berabad-abad lampau saling berinteraksi hingga nusantara menjadi titik temu antar-peradaban. Antara lain, Hindu-Budha-Konfusian serta bangsa Austronesia yang diperantarai oleh India dan Tiongkok akibat perubahan jalur perdagangan dari jalur sutera yang menghubungkan dunia Timur-Barat ke jalur rempah-rempah nusantara. Peradaban Islam serta bangsa Persia dan Arab yang diperantarai oleh pedagang India-Gujrati, Persia dan Arab. Peradaban Kristen dan Eropa yang diperantarai oleh kolonial Portugis, Inggris dan Belanda.

Unikum perbedaan multi-faktor dan persinggungan antar peradaban itu pada gilirannya membentuk kekayaan ekspresi budaya Indonesia. Ini dimanifestasikan ke dalam keberagaman bahasa dan aksara lokal, kesenian, adat-istiadat, pakaian, kuliner dan sebagainya, hingga Indonesia merupakan potret kebudayaan dunia yang lengkap. Istimewanya, para pendiri dan pejuang bangsa Indonesia secara positif berhasil ‘menjahit’ semua keragaman itu menjadi modalitas dan unsur penguat bangunan kebangsaan Indonesia melalui semboyan "Bhineka Tunggal Ika": berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Kesemuannya dibangkai dalam falsafah budaya nasional Indonesia, bersumber dari puncak-puncak kebudayaan tiap wilayahnya berupa kearifan lokal. Perjalanan sejarah dan pengalaman empiris puncak-puncak kebudayaan tersebut memiliki karakter gotong-royong atau kebersamaan; ramah; bersifat sama atau sederajat (egaliter); berkeadilan yang tecermin pada sikap anti-penjajahan; mandiri serta terbuka (inklusif) terhadap keragaman namun tetap selektif dalam menerima pengaruh luar.

Dari aspek demografisnya, Indonesia juga merupakan negeri dengan populasi penduduk terbesar keempat di dunia. Indonesia berada pada peringkat ke-4 terbesar setelah Amerika Serikat, India dan Tiongkok sebagai terbesar pertama. Besaran demografis ini juga menempatkan Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar dalam konteks regional dan terbesar ketiga dalam konteks global setelah AS dan India.

Besaran demografi itu membuka peluang bagi Indonesia dalam menikmati ‘bonus-nya’, yaitu percepatan pertumbuhan ekonomi akibat perubahan struktur umur penduduknya. Bonus demografi itu ditandai  dengan menurunnya rasio ketergantungan (dependency ratio) penduduk non-usia kerja ke penduduk usia kerja. Perubahan struktur ini memungkinkan bonus demografi tercipta karena suplai angkatan kerja (labor supply), tabungan (saving), dan kualitas SDM (human capital) meningkat.

Di lingkup regional, penduduk usia produktif Indonesia menyumbang sekitar 38 % dari total penduduk usia produktif di ASEAN. Tingginya jumlah penduduk usia kerja Indonesia bukan saja menuntut peningkatan angkatan kerja dalam negeri, tapi juga membuka peluang untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja bagi negara-negara yang proporsi penduduk usia kerjanya menurun. Seperti Australia, Singapura, Korea Selatan dan Jepang. Negera-negara ini sedang terjebak dalam katagori “bangsa yang menua” akibat laju penduduk tuanya meningkat, sedangkan tingkat kelahiran penduduknya melambat. Peluang ini dapat dicapai Indonesia, asalkan, tenaga kerjanya berkualitas.

Pertanyaan besar kita terhadap urusan yang paling teknis selain regulasi adalah: dengan industri energi apa yang mampu menggerak semua industri keunggulan komparatif yang sudah disediakan Tuhan sejak dulu kala untuk negeri ini?  Berharap pada energi fosil yang makin menipis dan tidak ramah lingkungan, jelas sesat. Kita memang patut kembali pada alam, yang sudah tersedia secara gratis oleh Tuhan: angin, air/gelombang dan surya. Inilah energi baru dan terbarukan yang paling bersih. [ALFI RAHMADI]

COMMENTS

Nama

Bill Gates Bonus Demografi. Business Energi Angin Energi Surya Energi Bersih Energi Hidro Energi Panas Laut Geostrategis Global Hawaii Keunggulan Indonesia Morotai Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC) Perjanjian Paris PLTB Policy Sumba Technology Teruo Nakamura Tropis
false
ltr
item
TROPIKA ENERGI: Karena Indonesia Miniatur Dunia
Karena Indonesia Miniatur Dunia
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj08q6bdseTu0Dp74tS0JrC6HaC0s9c3GtFSM5LN_w0w-uWsO3gkBhtwX-Rn_C-341ItLo0CygLlUQ8L4a1I4i9iL7xkagZrAOKvCsMlwnHkwtuarm2oDVQUZ_kY8NFi9tnQbt3PAiCTh9o/s320/EBT+%2528Angin-Air-Surya%2529.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj08q6bdseTu0Dp74tS0JrC6HaC0s9c3GtFSM5LN_w0w-uWsO3gkBhtwX-Rn_C-341ItLo0CygLlUQ8L4a1I4i9iL7xkagZrAOKvCsMlwnHkwtuarm2oDVQUZ_kY8NFi9tnQbt3PAiCTh9o/s72-c/EBT+%2528Angin-Air-Surya%2529.jpg
TROPIKA ENERGI
https://tropikaenergi.blogspot.com/2016/12/karena-indonesia-miniatur-dunia.html
https://tropikaenergi.blogspot.com/
http://tropikaenergi.blogspot.com/
http://tropikaenergi.blogspot.com/2016/12/karena-indonesia-miniatur-dunia.html
true
8028410937938015643
UTF-8
Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy