Pulau Ikonik Energi Terbarukan TropikaEnergi.Com—Masyarakat pulau ini nyaris terbelakang dalam segala hal. Kesejahteraan menjadi kunc...
Pulau Ikonik Energi Terbarukan
TropikaEnergi.Com—Masyarakat pulau ini nyaris terbelakang dalam segala hal. Kesejahteraan menjadi kuncian keterbelakangan itu. Krisis energi telah menggunting produktivitas masyarakatnya, dan itu sudah bergenerasi dialami. Tapi kini, pengalaman Sumba boleh ditiru bagi daerah terpencil di sabuk Khatulistiwa.
Sampai tahun 2010, rasio elektrifikasi Pulau Sumba cuma 24.5 %. Itupun boros dan mahal bukan main. Kalau menggunakan istilah Dahlan Iskan, mantan Dirut PLN dan Menteri BUMN era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pembangkit listrik Sumba “salah makan”.
Bayangkan: 85 % pembangkitnya menggunakan tenaga diesel. Lebih sesat lagi karena bahan bakar solar itu mengandalkan dari daerah lain, terkadang diangkut dengan pesawat. Betapa mahalnya listrik dengan aliran sesat semacam itu. Pulau yang kaya akan energi baru seperti hydro, angin dan surya itu akhirnya mati di lumbung energi.
Kiamat bagi Pulau Sumba semakin mendekat manakala kondisi lingkungannya ekstrim. Sumba adalah salahsatu pulau yang paling kering kerontang di Indonesia. Renewable Energy Assessment Report Hivos-Winrock 2010, melaporkan: kemaraunya berkepanjangan, bisa mencapai 8-9 bulan. Musim hujannya tak akan lebih dari empat bulan. Itulah salahsatu dampak perubahan iklim pada pulau ini.
Sudah begitu, permukaan humus tanahnya makin terkikis akibat struktur bebatuan yang rentan erosi. Air bersih semakin langka, akibat pembalakan hutan yang tidak terkendali. Pertama kali dipetakan pada 1927 oleh pemerintah Hindia-Belanda, hutan primer Sumba masih 55% dari keseluruhan daratan. Luasan ini masih surplus 25% dari angka minimum ideal 30 % ketersediaan hutan primer di sebuah daerah. Tapi pada 2006 tinggal 10 %. Tiga tahun kemudian, Dirjen Planologi Kehutanan 2009 memetakan, tersisa hanya sekitar 4,5% dari keseluruhan daratan. Masyarakat menderita. Sejumlah balita menjadi korban busung lapar. Taman Nasional Laiwangi Wanggameti di Pulau Sumba yang berada di ketinggian 800 meter dari permukaan laut diambang punah.
Tak ingin menjadi Timor-Timor jilid II, pemerintah kasak-kusuk mencari solusi. Tercetus pada 2010, Kementerian ESDM bersama Bappenas mengembangkan Sumba sebagai Pulau Ikonik Energi Terbarukan. Pada era Joko Widodo, status itu tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM No: 3051 K/30/MEM/2015. Inilah salah satu wujud pemerataan pembangunan pada daerah tertinggal dengan mengoptimalkan potensi lokalnya.
Walau belum mencapai hasil puncaknya, setidaknya kiamat bagi Sumba bisa ditunda. Berkat pembangkit tenaga hidro di Bakuhau, listriknya kini mengalir 24 jam. Ini sangat berarti dalam mengdongkrak prestasi belajar dan inovasi generasi mudanya. Sejumlah kelompok perempuan juga relatif lebih mampu mengembangkan bakat dapurnya pada budidaya hortikultura. Kotoran ternak disulap jadi pupuk dan biogas.
Pompa air tenaga surya yang telah dibangun sangat membantu melawan krisis humus pada area-area teknis perkebunan pulau itu. Hasil panennya terbilang lumayan dibanding situasi 2010. Sejumlah kelompok taninya relatif cukup membiayai sekolah anak-anaknya. Manajemen sosial pengelolaan energi bersih tersebut ditangani oleh Hivos, organisasi internasional bermarkas di Belanda yang bergerak memberikan aneka solusi baru dalam menuntaskan permasalahan global yang terus-menerus.
Pulau Sumba tidak punya alasan untuk kembali pada situasi pekat yang dulu menjerat lehernya. Berdasarkan studi AWS True Power, potensi sumber daya energi baru terbarukan di pulau itu cukup besar. Energi hydro sebesar 15 MW dengan tingkat radiasi surya 5 kWh/m2. Potensi energi angin pulau itu mencapai 168 MW.
Tapi untuk mengoperasikannya, pembangunan energi Pulau Ikonik Energi Terbarukan itu harus dikroyok oleh tiga negeri kampiun energi bersih dunia: Denmark, Norwegia dan Belanda. Norwegia misalnya, pemerintah negeri importir sampah terbesar di Eropa itu menggelontorkan USD 2 juta untuk proyek energi bersih tersebut. Pemerintah Denmark urunan mendanai pembangunan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) di Hambapraing, Sumba Timur. Tak apalah, asal pemerintah Indonesia jangan utang. [] ALFI RAHMADI